PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF DALAM STUDI ISLAM




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Agama seringkali mendapatkan kritikan karena tidak bisa memenuhi segala kebutuhan manusia, bahkan ada juga yang menganggap bahwa agama merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Padahal agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. diyakini dapat mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera baik lahir maupun batin. Karena didalamnya terdapat berbagai petunjuk mengenai bagaimana seharusnya seorang manusia dapat menjadikan hidup dan kehidupannya menjadi lebih bermakna. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak persoalan-persoalan pelik yang dihadapi manusia. Sehingga kehadiran agama menjadi semakin dituntut agar dapat ikut terlibat secara aktif dalam  memecahkan berbagai persoalan tersebut. Sehingga agama tidak hanya sekedar untuk disampaikan dalam khotbah ataupun pengajian umum lainnya serta tidak hanya dijadikan sebagai lambang kebenaran bagi seseorang.
Dengan demikian, dalam memahami agama tentu kita perlu menggunakan berbagai pendekatan studi Islam yang ada. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan yaitu cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam  memahami agama. Hal ini menjadi perlu dilakukan agar dengan pendekatan-pendekatan tersebut kehadiran agama dapat dirasakan secara fungsional, begitupun sebaliknya, tanpa mengetahui pendekatan-pendekatan ini bisa jadi dalam memahami agama menjadi terasa lebih sulit dan menjadi tidak fungsional. Sehingga penting bagi kita untuk mempelajari dan mengkaji lebih dalam mengenai berbagai pendekatan ini, khususnya pendekatan teologis normatif.



B.     Rumusan Masalah

1.      Apa maksud dari Pendekatan Teologis Normatif dalam Studi Islam ?
2.      Apa saja ciri-ciri dari Pendekatan Teologis Normatif ?
3.      Apa saja kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan Pendekatan Teologis Normatif ?
4.      Bagaimana karakteristik dari Pendekatan Teologis Normatif ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Teologis Normatif
Teologis berasal
Normatif berarti
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa suatu wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai suatu yang paling benar dibandingkan dengan yang lain.[1]
Pendekatan teologis normatif adalah pendekatan yang lebih menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol tersebut mengklaim bahwa dirinya sebagai yang paling benar dan yang lainnya salah,[2] sehingga dengan mudah memandang bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan sebagainya.
Pendekatan teologis ini sangat berkaitan erat dengan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Sehingga dalam pendekatan teologis ini dapat dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan, tidak ada kekurangan sedikitpun dan tampak bersikap ideal. Adapun pengertian lain dari pendekatan normatif adalah memahami agama dengan tujuan untuk mengajak orang lain agar juga mengakui apa yang menjadi keyakinan penganut agama tersebut.[3]

B.     Ciri-Ciri Pendekatan Teologis Normatif

Dalam memahami agama, pendekatan teologis menggunakan cara berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran dari Tuhan sudah pasti benar, sehingga tidak perlu ditanyakan lebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi. Adapun ciri-ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis normatif antara lain:[4]
1.           Loyalitas terhadap kelompok sendiri
Loyalitas menurut KBBI yaitu kesetiaan, kepatuhan. Adapun menurut kamus Oxfod adalah mutu dari sikap setia (loyal), sedangkan loyal didefinisikan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan dukungan atau kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau intuisi. Artinya seseorang akan menganggap bahwa kebenaran keagamaan itu sama dengan kebenaran dirinya ataupun kelompoknya sendiri, sehingga apapun konsekuensinya ia akan tetap menganggap bahwa dirinya atau kelompoknyalah yang benar, sesuai dengan doktrin-doktrin yang diterimanya.
2.           Komitmen
Menurut KBBI, komitmen adalah perjanjian atau ketrikatan untuk melakukan sesuatu. Komitmen adalah janji. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak dalam diri seseorang. Maksudnya, melalui pendekatan teologis normatif ini nantinya akan memunculkan orang-orang yang berani berkomitmen dan berpegang teguh terhadap kepercayaan yang diyakininya. Sehingga apapun yang terjadi ia akan membela dan mempertahankan apa yang diyakininya.


Dedikasi menurut KBBI merupakan sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia. Dedikasi juga dapat diartikan sebagai pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur serta diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. Maksudnya, dari kedua ciri diatas dapat menghasilkan seseorang yang berdedikasi tinggi sesuai dengan kebenaran yang diyakininya, sehingga dapat mewujudkan seseorang yang rela, taat dan antusias dalam segala kegiatan keyakinannya.

C.    Kekurangan dan Kelebihan dari Pendekatan Teologis Normatif
Dalam setiap pendekatan tentunya memiliki berbagai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Berikut merupakan kekurangan dan kelebihan dari pendekatan teologis normatif dalam studi Islam :
1.      Kekurangan[5]
Pendekatan teologis dalam memahami agama cenderung bersikap tertutup, tidak ada dialog, parsial, saling menyalahkan, saling mengkafirkan, terjadinya pengkotak-kotakan umat, tidak adanya kerja sama dan tidak terlihat adanya kepedulian sosial. Selain hal tadi ada juga kekurangan lainnya yaitu bersifat eksklusif, dogmatis, serta tidak mau mengakui kebenaran agama lain, dan sebagainya.
2.      Kelebihan[6]

Adapun kelebihan dari pendekatan teologis normatif dalam studi Islam ini yaitu, seseorang akan memiliki sikap militansi dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang diyakininya sebagai agama yang benar, tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya, selain itu dengan melalui pendekatan ini seseorang juga akan memiliki sikap fanatis terhadap agama yang dianut.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa suatu wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai sebagai suatu yang paling benar dibandingkan dengan yang lain. Pendekatan teologis normatif adalah pendekatan yang lebih menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol tersebut mengklaim bahwa dirinya sebagai yang paling benar dan yang lainnya salah.
Adapun ciri-ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis normatif antara lain Loyalitas terhadap kelompok sendiri, Komitmen dan Dedikasi yang tinggi. Selain itu, dalam memahami agama melalui pendekatan teologis normatif ini tentunya terdapat berbagai kekurangan dan kelebihannya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH.
Choir, Tolhatul, dkk. 2009. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2014. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.


[1]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 28
[2]Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: AMZAH, 2006), hlm. 65
[3]Tolhatul Choir, dkk, Islam Dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 275-276
[4]Ibid, hlm. 34
[5]Ibid, hlm. 32,34
[6]Ibid, hlm. 34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH AL-QUR’AN DI INDONESIA

KEDATANGAN BANGSA BARAT KE NUSANTARA SERTA REAKSI PARA RAJA TERHADAP PENETRASI BARAT TERSEBUT