AL-MAD WAL QASHR
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai
orang muslim perlu kita ketahui bahwa hukum belajar tajwid adalah fardhu
kifayah, sedangkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid adalah wajib ain artinya
bagi seorang yang mukalaf baik laki-laki atau perempuan harus membaca Al-Qur’an
dengan tajwid, kalau tidak maka dia berdosa, hal ini berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dan ucapan para Ulama. Ilmu tajwid merupakan hukum-hukum bacaan yang
terdapat dalam Al-Qur’an, letak makhraj huruf agar kita dapat membedakan huruf
hijaiyah yang satu dengan lainnya.
Setiap
huruf hijaiyah mempunyai sifat yang dapat membedakan antara satu dengan
lainnya, ilmu tajwid terbagi kedalam empat kelompok besar diantaranya Iqlab,
Ikhfa, Idgham, Dan Idzhar. Selain itu adapula Hukum Mad. Dalam makalah ini kami
akan membahas sedikit tentang hukum mad dan jenis-jenis pengelompokannya serta
penjelasannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanapengertian
dari Mad dan Qashr?
2.
Apa saja
bentuk-bentuk hukum Mad?
3.
Apa saja yang
termasuk dalam Mad Far’i?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mad dan Qashr
Menurut bahasa Mad
berarti ziyadah atau lebih. Sedangkan menurut istilah adalah
اطلة
الصوت بأحد حروف المد واللين
“Memanjangkan suara pada salah satu
dari huruf Mad dan Layyin”. [1]
Qashr adalah
lawan dari Mad. Menurut bahasa qashr berarti Al-habs yaitu menahan.Sedangkan menurut
istilah adalah
اثبات
حرف المد من غير زيادة عليه
“Tetapnya suara huruf mad dan tidak
lebih panjang”
Huruf Mad ada
tiga yaitu alif, wawu dan ya. Ketiga huruf tersebut akan menjadi huruf mad
apabila dalam keadaan mati (sukun) dengan syarat apabila sebelum alif ada
harakat fathah,sebelum wawu ada harakat dhummah dan sebelum ya ada harakat
kasrah.
Contohnya : نُوْحِيْهَا
Apabila cara
tersebut tidak ada maka tidak terjadi hukum mad. Huruf alif senantiasa
berstatus huruf mad sedangkan wawu dan ya kadangkala bukan sebagai huruf mad.
Kata yang mengandung huruf mad diucapkandua harakat yakni selama pengucapan
huruf pertama dan huruf mad sendiri. Pengucapan inilah yang disebut Qashr. Apabila
bentuk tersebut diucapkan lebih panjang dari ukuran semula karna sesuatu sebab
maka disebut dengan mad.[2]
B. Bentuk-Bentuk Hukum
Mad
Pada
dasarnya hukum mad dibagi menjadi dua yaitu Mad Asli dan Mad Far’i.
Ø
Mad Asli yaitu
apabila fathah diikuti alif, kasrah diikuti ya dan dhummah diikuti wawu[3].Mad
Asli disebut juga Mad Thobi’i. Adapun pengertian lain dari Mad Thobi’i adalah
mad yang tidak bertemu hamzah, sukun, dan tasydid. Panjangnya yaitu satu alif
atau dua harakat. Contohnya :
قَالُوْا
يٰمُوْسَىٰ
Perbedaan antara Mad asli dengan qashr
yaitu yang termasuk Mad asli apabila kalimatnya dilihat dari segi bentuk
tulisan atau pengucapannya harus dipanjangkan. Namun apabila lama pengucapannya
yang tidak sesuai atau tidak melebihi dua harakat maka bacaan itu disebut qashr.[4]
Ø Mad
Far’i yaitu mad yang ukuran panjang pengucapannya melebihi mad asli karena
adanya sebab.Diantara sebab itu yakni penyebab dari segi lafadz dan dari segi
makna. Dari segi lafadz adalah apabila setelah huruf mad terdapat huruf hamzah,
sukun dan tasydid. Sedangkan dari segi makna adalah apabila terdapat niat dari
pembacauntuk lebih menekankan suatu maksud dalam ucapannya hingga ia melebihkan
suaranya pada huruf-huruf tertentu. Contohnya seperti dalam pengucapan kalimat
tauhid pada saat berdoa ataupun adzan, yaitu dengan memanjangkan huruf la nafi.[5]
C. Macam-Macam Mad
Far’i
Adapun Macam-Macam
Mad Far’i yaitu ada beberapa yang berpendapat tentang jumlah mad far’i yakni
ada yang mengatakan 10 macam, 14 macam, 16 macam dan ada yang memperincinya
sampai 34 macam.
1.
Mad Wajib
Muttasil yaitu mad bertemu hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya 2 ½ alif atau 5 harokat.
Contoh :
وَجَآءَكُمُ
النَّذِيْرُ, لِقَآءَنَا, نِسَآءَنَا
2.
Mad Jaiz
Munfasil adalah huruf mad yang bertemu hamzah qath’i dilain kalimat. Panjangnya
2 ½ alif atau 5
harokat.
Contoh :
اِنَّآ
أَعْطَيْنَا, وَفِىٓ ٲَنْفُسِكُمْ, بِمَآ أَنْزَلَ
3.
Mad Badal yaitu apabila
ada hamzah (ء) bertemu dengan mad yang berasal dari hamzah sukun yang
kemudian hamzahnya diubah dan diganti dengan huruf Alif, Ya’ ataupun Wawu. Panjangnya
1 alif atau 2 harokat.
Contoh :
اٰمَنُوْا,
اُوْتِيَ, اِيْتُوْنِى
4.
Mad ‘Iwadh
adalah mad pengganti tanwin nashab (fathah tanwin) pada saat waqaf dengan alif
selain huruf ta’ marbuthah. Panjangnya 1 alif atau 2 harokat.[6]
Contoh:
عَلِيْمًا
=> عَلِيْمَا
إِنْشَآءً
=> إِنْشَآءَ
جَنَّةً
=> جَنَّةْ
5.
Mad Shilah ada 2
yaitu Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah.[7]
-
Mad Shilah
Qashirah adalah ha’ dhamir di dahului
huruf hidup yang bertemu selain hamzah. Panjangnya 1 alif atau 2 harokat.
Contoh:
اِنَّهٗ
كَانَ, لَهٗ مُنْكِرُوْنَ, لِبِّهٖ لَكَنُوْدٌ
-
Mad Shilah
Thawilah yaitu Mad Shilah Qashirah bertemu dengan huruf hamzah. Panjangnya 2 ½
alif
atau 5 harokat.
Contoh :
مَالَهٗاَخْلَدَهُ , وَثَاقَهٗاَحَدٌ , مِنْدُوْنِهٖاٰلِهَةً
6.
Mad Lazim Mutsaqqal
Kilmiadalah apabila Mad Thobi’i bertemu dengan huruf bertasydid dalam satu
kalimat. Panjangnya 3 alif atau 6 harokat.
Contoh :
دَآبّة ,وَلَاالضَّآلّيْنَ, أَتُحَآجُّوٓنّىِ
7.
Mad Lazim Mukhaffaf
Kilmi adalah apabila Mad Thobi’i bertemu sukun dalam satu kalimat. Panjangnya 3
alif atau 6 harokat.
Contoh :
ءٰٓالْاٰنَ
8.
Mad Lazim Mutsaqqal
Harfi adalah apabila Mad bertemu salah satu huruf yang terkumpul dalam عسلكمنقصdiawal
surat. Panjangnya 3 alif atau 6 harokat.
Contoh :
اٰلٓمّٓ,
طٰسٓمّٓ, الٓمّٓصٓ
9.
Mad Lazim Mukhaffaf
Harfi adalah apabila Mad bertemu salah satu huruf yang terkumpul dalam حيطهر diawal surat. Panjangnya 3 alif atau 6 harokat.
Contoh :
طٰهٰ , يٰسٓ , حٰمٓ
10. Mad
‘Aridl Lissukun adalah Mad Thobi’i bertemu huruf hidup dibaca waqaf.Panjangnya
2 ½ alif sampai 3 alif atau
5 sampai 6 harokat.
Contoh :
مَلِكِ
النَّاسِ O, رَبِّ الْعَالَمِيْنَ O, غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ O
11. Mad
Layyin adalah apabila ada huruf Mad, baik yang berupa huruf Wawu sukun ataupun
Ya’ sukun yang huruf sebelumnya berharakat Fathah[8]bertemu
hidup dibaca waqaf. Panjangnya 1,2, sampai 3 alif atau 2,4, sampai 6 harakat.[9]
Contoh :
لِاِيْلٰفِ
قُرَيْشٍ O, مِنْ خَوْفٍ O
12. Mad
Tamkin adalah apabila ada huruf Ya’ berharakat kasrah bertasydid bertemu ya
sukun dalam satu kalimat. Panjangnya 1 alif atau 2 harakat.[10]
Contoh :
اُمِّيِّيْنَ,
نَبِيِّيْنَ, وَإِذا حُيِّيْتُمْ
13. Mad
Farqi adalah apabila Mad badal bertemu tasydid[11] atau
apabila ada hamzah yang digunakan untuk membedakan antara hamzah Istifham dan
washol. Panjangnya 3 alif atau 6 harakat.[12]
Contoh :
قُلْءٓالذَّكَرَيْنِ
قُلْ
ءٓاللّٰهُ
ءٓالْٰئٰنَ
وَقَدْعَصَيْتَ
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mad
artinya memanjangkan suara dengan salah satu huruf Mad dan Layyin. Sedangkan
Qashr adalah tetapnya suara huruf mad dan tidak lebih panjang. Huruf Mad ada 3
yaitu Alif, Ya’, dan Wawu dengan ketentuan sebelum alif ada harakat
fathah,sebelum wawu ada harakat dhummah dan sebelum ya ada harakat kasrah.
Hukum
Mad dibedakan menjadi dua yakni Mad Asli atau disebut juga Mad Thobi’i yang
artinya apabila salah satu huruf mad tidak bertemu hamzah, sukun, dan tasydid. dan
Mad Far’i yang berarti mad yang ukuran panjang pengucapannya melebihi mad asli
karena adanya sebab yakni bertemu hamzah, sukun dan tasydid serta sebab lainnya.
Adapun yang termasuk dalam Mad Far’i adalah Mad Wajib Muttasil, Mad Jaiz
Munfasil, Mad Aridh Lissukun, Mad Iwadh, Mad Shilah yang terbagi menjadi dua
yakni Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah, Mad Badal, Mad Tamkin, Mad
Layyin, Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi, Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi, Mad Lazim Mutsaqqal
Harfi, Mad Lazim Mukhaffaf Harfi, dan Mad Farqi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, A. Nawawi. 1990. Pedoman Membaca Al-Qur’an : IlmuTajwid. Jakarta
: PT. Mutiara Sumber Widya.
Ali, Abi Muhammad Irfani. 2011. Kumpulan Soal-Soal Tanya Jawab Tajwid dan Ghorib. Pekalongan:
Al Qadha, Muhammad
Isham Muflih. Al-Wadhi’ fi Ahkami Tajwid.
Ardan : Darun Nafais
Asy’ari,
Abdullah. 1987 Pelajaran Tajwid. Surabaya:
Apollo.
Suawaid, Aiman Rusydi. 2015. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar. Solo : Zamzam.
Zarkasyi, Dachlan
Salim. 1989. Pelajaran Ilmu Tajwid
Praktis. Semarang : YPA Raudhatul Mujawwidin.
[1]
Muhammad Isham Muflih Al Qadha, Al-Wadhi’
fi Ahkami Tajwid, (Ardan: Darun Nafais), hlm. 83
[2]
A. Nawawi Ali, Pedoman Membaca Al-Qur’an
:IlmuTajwd, (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1990), hlm. 88
[3]Dachlan
Salim Zarkasyi, Pelajaran Ilmu Tajwid
Praktis,(Semarang: YPA Raudhatul Mujawwidin, 1989),hlm. 27
[4]
A. Nawawi Ali, Op.Cit, hlm. 90
[5]Ibid, hlm. 91
[6]Aiman
Rusydi Suawaid, Panduan Ilmu Tajwid
Bergambar, (Solo: Zamzam 2015), hlm. 104
[7]Abi
Muhammad Irfani Ali, Kumpulan Soal-Soal
Tanya Jawab Tajwid dan Ghorib, (Pekalongan: 2011), hlm. 15
[8]Abdullah
Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya:
Apollo, 1987), hlm. 33
[9]Abi,
Op.Cit, hlm. 15
[10]Ibid,hlm. 16
[11]Dachlan,
Op.Cit, hlm. 34
[12]Abi,Op.Cit, hlm. 16
Komentar
Posting Komentar